Kembali Digelar, Festival Film Indonesia Masuki Babak Baru
A
A
A
JAKARTA - Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar. Mengusung tema "Mencari Mahakarya Batasnya Hanya Kualitas", tahun ini FFI memasuki babak baru. Berawal dari program penghargaan tahunan, FFI kini menjadi sebuah entitas yang beroperasi sepanjang tahun.
"Tahun ini ada momen baru di mana BPI (Badan Perfilman Indonesia) dan Pusat dan Kebudayaan Republik Indonesia dan sebagainya mencari formulasi dan mencari pengembangan lebih baik untuk film di mana puncaknya Piala Citra," ujar Lukman Sardi saat acara Peluncuran FFI 2018 di Metropole XXI, Jakarta, Senin (1/10/2018).
Tahun ini, FFI berfokus pada usaha meningkatkan kualitas film-film Indonesia untuk memperkuat sisi budaya dan estetika film. Selain itu, melalui surat keputusan Ketua Umum BPI, telah dibentuk komite FFI dengan masa kerja tiga tahun. Nantinya, komite ini akan melengkapi entitas sebelumnya.
Komite tersebut diketuai oleh Lukman Sardi, lalu Catherine Keng sebagai sekretaris, Edwin Nazir (keuangan dan pengembangan usaha), Lasja F. Susatyo (program), Nia Dinata (penjurian) serta Coki Singgih (komunikasi). Di samping Piala Citra, Komite FFI juga akan menjalankan berbagai program seperti kanonisasi film Indonesia, pelatihan tingkat pakar, kolaborasi komunitas, literasi dan apresiasi publik.
"Kalo bicara FFI, panitianya berubah setiap tahun tapi kini sudah dibuat komite untuk masa kerja tiga tahun. Untuk mencapai kualitas, ada progam berkesinambungan yang dilakukan FFI. Program ini dilakukan sedemikian rupa secara keseluruhan yang mau kita capai kualitas film Indonesia mencakup stakeholder Indonesia," papar Lukman.
Sementara untuk penjurian, Lukman menjelaskan, sama seperti sebelumnya yakni dengan tiga kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian di antaranya gagasan dan tema, kualitas estetika serta profesionalisme. Penjurian juga melibatkan partisipan aktif asosiasi profesi dan komunitas melalui proses seleksi internal. Pemilihan pemenang dilakukan oleh perwakilan yang ditunjuk asosiasi profesi dan komunitas ditambah 10 juri mandiri.
Juri dari asosiasi dan komunitas dianggap mampu memahami secara baik setiap detail dari setiap unsur yang dinilai serta mengetahui tren perfilman dunia. Sedangkan, tahapan penjurian sendiri akan berlangsung 2-25 Oktober 2018 dan nominasi diumumkan pada 6 November 2018. Selanjutnya, pemenang Piala Citra FFI 2018 diumumkan dalam malam anugerah pada Desember 2018.
"Jadi asosiasi akan merekomendasikan film-film. Sistemnya di FFI bukan mendaftar. Kalo sudah tayang 1 Oktober 2017 sampai 30 September 2018 itu otomatis diseleksi. Setelah asosiasi merekomendasikan, baru dari situ kita olah menjadi nominasi kategori. Muncul pemenang melalui vote. Kita gunakan konsultan publik independen, Deloitte Consulting, jadi vote kita nggak tau, panitia nggak tau," terang Lukman.
"Tahun ini ada momen baru di mana BPI (Badan Perfilman Indonesia) dan Pusat dan Kebudayaan Republik Indonesia dan sebagainya mencari formulasi dan mencari pengembangan lebih baik untuk film di mana puncaknya Piala Citra," ujar Lukman Sardi saat acara Peluncuran FFI 2018 di Metropole XXI, Jakarta, Senin (1/10/2018).
Tahun ini, FFI berfokus pada usaha meningkatkan kualitas film-film Indonesia untuk memperkuat sisi budaya dan estetika film. Selain itu, melalui surat keputusan Ketua Umum BPI, telah dibentuk komite FFI dengan masa kerja tiga tahun. Nantinya, komite ini akan melengkapi entitas sebelumnya.
Komite tersebut diketuai oleh Lukman Sardi, lalu Catherine Keng sebagai sekretaris, Edwin Nazir (keuangan dan pengembangan usaha), Lasja F. Susatyo (program), Nia Dinata (penjurian) serta Coki Singgih (komunikasi). Di samping Piala Citra, Komite FFI juga akan menjalankan berbagai program seperti kanonisasi film Indonesia, pelatihan tingkat pakar, kolaborasi komunitas, literasi dan apresiasi publik.
"Kalo bicara FFI, panitianya berubah setiap tahun tapi kini sudah dibuat komite untuk masa kerja tiga tahun. Untuk mencapai kualitas, ada progam berkesinambungan yang dilakukan FFI. Program ini dilakukan sedemikian rupa secara keseluruhan yang mau kita capai kualitas film Indonesia mencakup stakeholder Indonesia," papar Lukman.
Sementara untuk penjurian, Lukman menjelaskan, sama seperti sebelumnya yakni dengan tiga kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian di antaranya gagasan dan tema, kualitas estetika serta profesionalisme. Penjurian juga melibatkan partisipan aktif asosiasi profesi dan komunitas melalui proses seleksi internal. Pemilihan pemenang dilakukan oleh perwakilan yang ditunjuk asosiasi profesi dan komunitas ditambah 10 juri mandiri.
Juri dari asosiasi dan komunitas dianggap mampu memahami secara baik setiap detail dari setiap unsur yang dinilai serta mengetahui tren perfilman dunia. Sedangkan, tahapan penjurian sendiri akan berlangsung 2-25 Oktober 2018 dan nominasi diumumkan pada 6 November 2018. Selanjutnya, pemenang Piala Citra FFI 2018 diumumkan dalam malam anugerah pada Desember 2018.
"Jadi asosiasi akan merekomendasikan film-film. Sistemnya di FFI bukan mendaftar. Kalo sudah tayang 1 Oktober 2017 sampai 30 September 2018 itu otomatis diseleksi. Setelah asosiasi merekomendasikan, baru dari situ kita olah menjadi nominasi kategori. Muncul pemenang melalui vote. Kita gunakan konsultan publik independen, Deloitte Consulting, jadi vote kita nggak tau, panitia nggak tau," terang Lukman.
(nug)